Kebiaasaan yang mungkin kita lakukan ini adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, insyaAllah kita akan mendapat pahala jika kita meniatkannya. Adapun jika sekedar kebiasaan saja maka tidak berpahala. Inilah pentingnya ilmu, jika kita tidak mengetahui hal ini, maka tidur siang kita hanya semata-mata karena kebiasaan saja dan tidak mendapat pahala.

Selain itu tidur/istirahat siang (qailulah) juga termasuk kebiasaan yang menyehatkan asalkan tidak berlebihan, akan menyegarkan badan dan membantu kita untuk bangun shalat malam.

Qailulah tidak harus tidur, istirahat siang termasuk qailulah
Dalam Kamus Lisanul Arabdijelaskan makna qailulah secara bahasa,

القيلولة نومة نصف النهار
 
“Qailulah adalah tidur pada pertengahan siang”[1]

Karena diterjemahkan qailulahdengan “tidur siang” maka banyak yang menyangka qailulah mesti harus tidur. Yang benar, qailulahtidak mesti harus tidur, istirahat pada siang hari sudah termasukqailulah.

Ash-Shan’ani rahimahullah berkata,

والقيلولة: الاستراحة نصف النهار، وإن لم يكن معها نوم
Qailulah adalah istirahat pada pertengahan siang walaupun tidak tidur.”[2]

Kapan Waktu qailulah
Terdapat ikhtilaf ulama kapan waktuqailulah, apakah sebelum dzuhur atau sesudah dzuhur atau keduanya.

Syarbini rahimahullah berkata,

هي النوم قبل الزوال
“tidur sebelum zawal (waktu dzhur)”

Al-Munawi rahimahullah berkata,
القيلولة: النوم وسط النهار عند الزوال وما قاربه من قبل أو بعد
Qailulah adalah tidur di pertengahan siang ketika zawal atau mendekati waktu zawal sebelum atau sesudahnya.”

Al-Badri Al-Aini berkata,
القيلولة معناها النوم في الظهيرة
“Qailulah maknanya: tidur di waktu dhuzur (petengahan siang).”[3]

Yang rajih adalah qailulah itu waktunya setelah zawal (dzuhur)sebagaimana hadits.
عن سهل بن سعد رضي الله عنه قال: ما كنا نقيل ولا نتغذى إلا بعد الجمعة في عهد النبي صلى الله عليه وسلم. واللفظ لمسلم.

Dari Sahl bin Sa’ad radhiallahu ‘anhu berkata,
“kami (dahulunya) tidaklah melakukan qailulah dan makan kecuali setelah shalat jumat di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”[4]

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhuberkata,
كَانُوا يُجَمِّعُوْنَ ثُمَّ يَقِيْلُوْنَ
“Mereka (para sahabat) dulu biasa melaksanakan shalat Jum’at,kemudian istirahat siang qailulah).”[5]

Sunnah qailulah
Tidur siang disebutkan dalam Al-Quran. Allah Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آَيَاتِهِ مَنَامُكُمْ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَابْتِغَاؤُكُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِقَوْمٍ يَسْمَعُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan” (Ar-Ruum :23)

Demikian juga diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
قِيْلُوا فَإِنَّ الشَّيَاطِيْنَ لاَ تَقِيْلُ
Qailulah-lah (istirahat sianglah) kalian, sesungguhnya setan-setan itu tidak pernah istirahat siang.” [6]

Demikian juga perbuatan para sahabat.
رُبَّمَا قَعَدَ عَلَى بَابِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رِجَالٌ مِنْ قُرَيْشٍ، فَإِذَا فَاءَ الْفَيْءُ قَالَ: قُوْمُوا فَمَا بَقِيَ فَهُوَ لِلشَّيْطَانِ. ثُمَّ لاَ يَمُرُّ عَلَى أَحَدٍ إِلاَّ أَقَامَهُ
“Pernah suatu ketika ada orang-orang Quraisy yang duduk di depan pintu Ibnu Mas’ud. Ketika tengah hari, Ibnu Mas’ud mengatakan,“Bangkitlah kalian (untuk istirahat siang), Yang tertinggal hanyalah bagian untuk setan.” Kemudian tidaklah Umar melewati seorang pun kecuali menyuruhnya bangkit.”[7]

Di riwayat yang lain,
كَانَ عُمَرُ z يَمُرُّ بِنَا نِصْفَ النَّهَارِ –أَوْ قَرِيْبًا مِنْهُ – فَيَقُوْلُ: قُوْمُوا فَقِيْلُوا، فَمَا بَقِيَ فَلِلشَّيْطَانِ
“Dahulunya ’Umar bila melewati kami pada tengah hari atau mendekati tengah hari mengatakan, “Bangkitlah kalian! Istirahat sianglah!Yang tertinggal menjadi bagian untuk setan.”[8]

Al-Khalal berkata,
قال الخلال استحباب القائلة نصف النهار قال عبد الله كان أبي ينام نصف النهار شتاء كان أو صيفا لا يدعها
Disunnahkan qailulah pada pertengahan siang, Abdullah (bin Ahmad) berkata, “Ayahku tidur siang pada musim panas dan dingin, ia tidak meninggalkannya.”[9]

Manfaat tidur siang
Tidur siang sangat bermanfaat dan terasa bagi mereka yang terbiasa. Terasa segar jika bangun dari tidur siang yang walaupun sebentar tetapi berkualitas.
Berikut manfaat tidur siang bagi kesehatan:

1. Meningkatkan daya ingat
Sebuah penelitian tahun 2008 menemukan bahwa tidur siang selama 45 menit bisa membantu meningkatkan daya ingat. Peningkatan ini terjadi dalam fase slow-wave sleep atau tidur gelombang pendek sebagaimana biasa terjadi saat tidur siang.
Peningkatan aktivitas otak saat sedang tidur juga diyakini bermanfaat untuk mempelajari bahasa asing. Kata-kata atau istilah baru akan lebih mudah diingat jika sering diperdengarkan saat sedang tidur.

2. Meningkatkan produktivitas
Tidur siang dapat melindungi otak dari pengolahan informasi yang terjadi secara berlebihan dan membantu mengkonsolidasikan informasi yang baru dipelajari. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan konsentrasi dan produktifitas di tempat kerja. Bahkan penelitian sebelumnya menemukan tidur siang dapat menurunkan tekanan darah.

3. Mengobati insomnia
Penelitian telah menemukan bahwa orang yang tidur siang selama 15 menit merasa lebih waspada dan kurang mengantuk, bahkan ketika malam hari sebelumnya kurang tidur.
Efeknya memang bisa bervariasi pada setiap individu, namun sebuah penelitian tahun 2011 menegaskan tidur siang membuat penderita insomnia jadi lebih bugar karena total waktu istirahatnya jadi lebih panjang.

4. Menurunkan stres
Ingin memotong hormon stres kortisol sebanyak separuh? Penelitian menunjukkan bahwa hormon stres secara dramatis mengalami penurunan setelah tidur siang, terutama jika semalam tidurnya kurang begitu nyenyak.
Sebuah penelitian di Jerman menemukan bahwa ketika sekelompok pilot tidur kurang dari 7 jam semalam sebelum bertugas, kadar kortisolnya meningkat secara signifikan dan bertahan selama 2 hari. Namun ketika berhasil tidur siang barang sebentar, kadar kortisol berkurang separuhnya.

5. Mencegah penyakit jantung
Tidur siang yang pendek selama 20-40 menit bisa mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti jantung dan stroke. Kesimpulan ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti Yunani.
Peneliti menemukan bahwa orang yang setidaknya tidur siang 30 menit selama 3 kali dalam seminggu dapat menurunkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 37 persen. Menurut penelitian ini, tidur siang yang sehat sebaiknya dilakukan antara pukul 1-3 siang selama tak lebih dari 45 menit. Jika berlebih, justru menyebabkan terbangun dengan ‘kepala berat’.[10]

Demikian, semoga bermanfaat.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

@Pogung Lor- Jogja, 13 Jumadal Awwal 1434 H


[1] Lisanul Arab 11/557,  Dar Shadir, Beirut, cet.III, 1414 H, syamilah
[2] Subulus Salam 1/398, darul Hadits, syamilah
[4] Muttafaq alaihi, lafadz Muslim
[5] HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no.1240, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani t dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 939: shahihul isnad
[6] HR. Abu Nu’aim dalam Ath-Thibb, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 1637: isnadnya shahih
[7]  HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no.1238, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 939: hasanul isnad)
[8]  HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no.1239, dikatakan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahih Al-Adabil Mufrad no. 939: hasanul isnad)
[9] Al-Adab Asy-Syar’iyyah wal minahil mar’iyyah hal 161, sumber:http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?idfrom=448&idto=448&bk_no=43&ID=343




Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

oMa’asyiral Muslimin ……Dari situ, bisa kita simpulkan bahwa  kesabaran yang kita latih selama bulan Ramadhan penuh ini, ternyata mampu menumbuhkan dua kekuatan yang luar biasa. Pertama : yaitu kekuatan yang bisa mengantarkan kita kepada derajat ketaqwaan. Sedang yang kedua : yaitu kekuatan yang bisa menjadi bekal bagi kita untuk hidup terhormat di muka bumi sebagai para pemimpin yang memegang aturan Allah swt dan mengajak orang lain untuk mengikuti aturan Allah swt, serta mengantarkan kepada kita untuk mewarisi dunia ini.

Allahu Akbar (3x), wa lillahil hamd….

Ma’asyiral Muslimin ……Kedua wasiat nabi Musa kepada para pengikutnya di atas, sebenarnya juga sudah diwasiatkan Allah swt kepada nabi-Nya Muhammad saw ketika beliau menemukan berbagai rintangan dan hambatan di dalam berdakwah, bahkan tidak jarang Rosulullah saw dihina, diolok-olok bahkan dituduh sebagai orang yang terkena sihir, atau orang yang gila dan seterusnya. Allah swt berfirman

تِلْكَ مِنْ أَنبَاء الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنتَ تَعْلَمُهَا أَنتَ وَلاَ قَوْمُكَ مِن قَبْلِ هَـذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ

“ .. itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; Sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa. ( Qs Hud : 49 )

Di dalam surat lain, Allah swt berfirman :

فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ الْغُرُوبِ  وَمِنَ اللَّيْلِ فَسَبِّحْهُ وَأَدْبَارَ السُّجُودِ

 

“  Maka bersabarlah kamu terhadap apa yang mereka katakan dan bertasbihlah sambil memuji Tuhanmu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam(nya) dan bertasbihlah kamu kepada-Nya di malam hari dan setiap selesai sembahyang.” ( Qs Qof : 39-40)

Selain diperintahkan untuk bersabar terhadap terhadap cacian dan olok-olokan orang-orang kafir, dalam ayat di atas, nabi Muhammad saw diperintahkan juga untuk selalu bertasbih dan memuji Allah swt, baik pada pagi hari maupun  pada sore hari. Begitu juga, beliau diperintahkan untuk bertasbih dan melakukan sholat pada malam hari. Itu semua untuk mendekatkan diri kepada Allah swt dan memohon pertolongan-Nya.

Dalam surat lain, Allah swt juga berfirman  :

فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ

“ Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.”  ( Qs Ghofir : 55 )

Dalam ayat tersebut, selain diperintahkan bersabar dan berdzikir pada pagi dan sore hari, nabi Muhammad saw diperintahkan juga untuk memperbanyak istighfar dan diperintahkan untuk menyakini bahwa janji Allah swt adalah benar adanya. Oleh karena tidaklah salah jika sabar dan  keyakinan serta banyak dzikir kepada Allah adalah unsur-unsur penting yang bisa mengantarkan seseorang, bisa mengantarkan suatu kelompok, bahkan bisa mengantarkan umat ini pada posisi kepimpinan dunia. Maha Benar Allah dalam salah satu firman-Nya :

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami, ketika mereka sabar dan mereka meyakini ayat-ayat kami.” ( Qs As Sajdah 24 )

Oleh karena itu……ma’asyiral muslimin…. marilah kita senantiasa untuk selalu bersabar dan selalu yakin dengan janji – janji Allah swt serta selalu melakukan dzikir di waktu pagi dan sore hari, bahkan pada setiap kesempatan untuk merealisasikan perintah Allah swt di atas.

بارك الله لكم في القرآن الكريم ، ونفعنى وإياكم بما فيه من الآيات و الذكر الحكيم ...إنه هو الغفور الرحيم .

Khutbah Kedua

II. Bumi Ini Akan Diwarisi Orang-Orang  Yang Bertaqwa

Ma’asyiral Muslimin yang dirahmati Allah swt …

Wasiat ketiga yang sampaikan nabi Musa as, adalah :

إِنَّ الأَرْضَ لِلّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“ Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; diwariskan--Nya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa."

Menurut ayat di atas, bahwa bumi ini adalah milik Allah dan akan diwariskan kepada orang-orang yang bertaqwa. Ini merupakan janji Allah kepada para hamba-Nya , sebagaimana firman-Nya :

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا

“ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku “ ( Qs An- Nur : 55 ) .

Bahkan janji ini sudah lama ditulis di Lauhul Mahfudh, jauh – jauh sebelum manusia diciptakan di muka  bumi ini, sebagaimana firman Allah swt :

وَلَقَدْ كَتَبْنَا فِي الزَّبُورِ مِن بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الْأَرْضَ يَرِثُهَا عِبَادِيَ الصَّالِحُونَ إِنَّ فِي هَذَا لَبَلَاغًا لِّقَوْمٍ عَابِدِينَ

“ Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh.  Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah).” ( Qs Al Anbiya : 105-106 )

Lantas siapa yang dimaksud dengan orang-orang bertaqwa dan sholeh yang akan mewarisi bumi dan  berkuasa di atasnya ?

Yang dimaksud orang-orang yang bertaqwa yang dijanjikan Allah swt akan berkuasa di muka bumi ini adalah : 
Mereka yang selalu meminta pertolongan kepada Allah swt di dalam setiap keadaan, serta berdzikir dan bertasbih pada pagi dan sore, siang dan malam. 
Mereka yang selalu sabar di dalam menjalani perintah-perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya serta sabar di dalam menghadapi ujian dan cobaan yang menimpa diri mereka. Kedua sifat tersebut sudah diterangkan pada khutbah pertama .
Mereka yang beriman dan beramal sholeh, yaitu yang selalu hanya mentauhidkan Allah saja serta tidak mensyirikan-Nya dengan sesuatu apapun, sebagaimana yang tersebut dalam surat ( Qs An- Nur : 55 ) di atas.
Mereka yang bila berjalan di atas bumi, selalu dalam keadaan rendah hati, tidak pernah berlalu sombong dan takabur serta mencari kekuasaan dunia. Ini sesuai dengan salah satu sifat Ibadurahman yang tersebut di dalam firman Allah swt :

وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا

“ Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” ( Qs Al Furqan : 63 )

Ini juga dikuatkan dengan firman Allah swt :

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“ Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”  ( Qs Al Qashas : 83 )

Allahu Akbar 3X wa lillah hamd

 

Ma’asyiral Muslimin…..

Demikian tiga wasiat nabi Musa as kepada kaumnya ketika mereka sedang diuji oleh Allah swt ….mereka tertindas dimana-mana, hanya karena mereka berpegang teguh dengan ajaran- ajaran Allah swt, maka Allah mengangkat mereka menjadi para pemimpin dunia karena kesabaran, keyakinan dank arena mereka memperbanyak dzikir kepada Allah swt …..Dan inilah yang dialami nabi Yusuf as, sejak kecil hidupnya penuh dengan ujian dan cobaan, tetapi dengan ketaqwaan dan kesabarannya, akhirnya beliau diangkat oleh Allah menjadi pemimpin yang mengarahkan rakyat ini menuju jalan Allah swt .

قَالَ أَنَاْ يُوسُفُ وَهَـذَا أَخِي قَدْ مَنَّ اللّهُ عَلَيْنَا إِنَّهُ مَن يَتَّقِ وَيِصْبِرْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ

Yusuf menjawab: "Akulah Yusuf dan ini saudaraku. Sesungguhnya Allah telah melimpahkan karunia-Nya kepada kami". Sesungguhnya barang siapa yang bertakwa dan bersabar, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik" ( Qs Yusuf : 90 )

Mudah-mudahan kita bisa melaksanakan tiga wasiat tersebut dan dimasukkan ke dalam golongan orang-orang yang sabar dan yakin terhadap janji-janji Allah swt serta selalu berdzikir , bertasbih, beristighfar dan memohon pertolongan kepada Allah dalam setiap keadaan. Amien Ya Rabal ‘Alamin .

أقول قولى هذا ، وأستغفر الله  لى و لكم ولسائر المسلمين فاستغفروه ،  إنه هو الغفور الرحيم .

أ للَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْراَهِيْمَ ، ٌوَبَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعلَىَ آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلىَ إِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ آلِ إِبْرَاهِيْمَ في العالمين إِنَّكَ حَمِيْد ٌمَجِيْدٌ

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَبقيتنا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَا وَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا و لا إلى النار هي مصيرنا برحمتك يا أرحم الراحمين

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepada-Mu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan janganlah Engkau jadikan neraka sebagai tempat kembali kami, Wahai Dzat Yang Maha Penyayang.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَات

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan doa.

رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka .

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ اْلعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى اْلمُرْسَلِيْنَ وَاْلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ

للهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ الْحَمْدُ

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Disampaikan pada Khutbah Idul Fitri di Masjid Al Azhar, Jaka Permai, Kalimalang, Bekasi, pada hari  Rabu, 1 Syawal 1429 H / 1 Oktober 2008 M, oleh : DR. Ahmad Zain An Najah, MA ( Hp : 081319063442 ) Direktur Pesantren Tinggi “ Al Islam “ , Jati Melati, Pondok Melati, Bekasi.

Sumber: https://www.ahmadzain.com/read/tsaqafah/14/bumi-ini-akan-diwarisi-orangorang-yang-bertaqwa-2/



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Catatan Inspirasi Kajian Tokoh Peradaban Islam – Sirah Community Indonesia oleh Ustadz Asep Sobari]

Abu Ja’far Ath Thabari tak sekadar menjadi rujukan utama dalam ilmu saja, namun jua menjadi rujukan utama dalam akhlaq. Begitulah Al Khatib Al Baghdadi memberi testimoninya tentang Sang Mufassir.

Ayahnya, Jarir bin Yazid bin Katsir, ialah seorang ulama dan ahli sejarah. Sehingga peran ayahnya tak sekadar membesarkan saja namun jua menjadi guru pertama bagi Ibn Jarir. Ath Thabari kecil berhasil menghapal al Qur’an di usia 7 tahun dan menjadi imam di Masjid ketika usia 8 tahun. Ia-pun mulai belajar hadits (sanad dan menghapalnya) di usia 9 tahun. Saat itu, usia 9 tahun belum masuk syarat belajar hadits, namun karena Ath Thabari sudah mencapai syarat-syarat mempelajari ilmu hadits ia diperkenankan mengikutinya. Syarat ini penting, bukan hanya sekadar keilmuan yang menyokongnya telah Ath Thabari kuasai, namun jua adabnya pada ilmu dan guru telah diresapi Ath Thabari.

Lahir di Thabaristan dan wafat di Baghdad, menunjukkan Ath Thabari terbiasa melakukan rihlah ilmu.

Imam Dzahabi mengatakan; Ath Thabari mulai mencari ilmu ke luar sejak tahun 240 H. Saat itu usianya 16 tahun dan wafat di usia 86 tahun. Artinya selama 70 tahun ia berkeliling mencari ilmu dan mengajarkannya.

Keluasan dan gairahnya menuntut ilmu menghantarkan Ath Thabari berdebat dengan murid-murid dari Imam Syafi’i. Tentu, debatnya bukanlah bertujuan mencari eksistensi diri atau menunjukkan diri yang paling hebat.

Pernah dalam forum umum, Ath Thabari memenangkan debat dengan murid Imam Syafi’i di Mesir. Namun yang memahami bahwa Imam Ath Thabari yang menang debat hanya para ulama, sedang orang awam berpikir Ath Thabari kalah, karena diakhir perdebatannya Imam Ath Thabari tetap memuji lawannya, “Anda hebat”. Mengapa terdapat perbedaan persepsi antara ulama dan orang awam tentang siapa yang menang dalam debat tersebut? Ustadz Asep menjelaskan, “Tidak ada yang bisa mengetahui keunggulan seseorang kecuali orang yang unggul juga.”

Meski Ath Thabari menang dalam debat, ia tetap menjaga adab dan akhlaknya dalam perdebatan. Memuji lawannya dengan lapang di khalayak umum, tak membuat ia merasa rugi. Jika pujian mampu ia lontarkan itu artinya selama berdebatpun ia menggunakan bahasa yang halus.

Ath Thabari pernah jua berdebat dengan Imam Daud azh-Zhahiri. Di forum perdebatan, Az Zhahiri bungkam tak mampu menjawab pertanyaan Imam Thabari. Namun ternyata pengikut Az Zhahiri marah, melontarkan kata kasar dan menunjuk-nunjuk Imam Thabari. Luar biasanya beliau diam saja, meskipun mampu membalas namun ia tak lakukan. Bahkan sekalipun mampu mengerahkan pengikutnya, Imam Ath Thabari tak lakukan itu. Sikapnya menunjukkan kemurnian niat berdebatnya.

Dengan keberkahan ilmu yang ia miliki, ia beri keteladanan bagi kita hingga kini bahwa kebenaran disampaikan harus tetap berbalutkan adab dan akhlak yang mulia, sebagai pantulan dari betapa mulianya ilmu dan guru yang telah menyampaikannya pada kita. Sikap memilih diam dan memberi pujian pada lawannya saat berdebat menunjukkan bahwa menjaga persatuan dan persaudaraan lebih penting dari memuaskan gejolak pribadi.

Begitulah Ath Thabari, debatnya ditujukan untuk meninggikan agama Allah mencari kebenaran, tanpa sangka namun dengan kepastian data.

Wajarlah jika Tajuddin as Subki memujinya sebagai mujtahid muthlaq. Salah satu imam paling terkemuka di dunia ini baik ilmu maupun amalannya.

– Zaili Fitria



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Dengan berbagai penyesalannya terlambat mengakui Islam sebagai agama rahmah, Hakim bin Hizam keponakan dari istri tercinta Rasulullah Saw, Khadijah, yang jua sekaligus kawan karib Rasul Saw, berusaha sekuat upayanya mengejar “ketertinggalan”.

Telah berlalu 21 tahun dakwah Rasul Saw bergema, namun Hakim belum tergerak. Meskipun jiwanya mudah menerima kebaikan, penuh derma, tak memusuhi dakwah Rasul Saw, bahkan pernah membantu Rasulu Saw, namun ia lama sekali tergerak menerima Islam.

Ia yg pernah menghadiahkan Zaid bin Haritsah pada bibinya, Khadijah, dianggap akan lebih mudah menerima Islam. Namun begitulah hidayah. Rasul Saw pun selalu optimis bahwa kelak Hakim akan menerima Islam. Maka pada perang Badar saat Hakim berada di posisi musuh, Rasul melarang Hakim untuk dibunuh.

Pada Fath Makkah, harapan Rasul Saw terwujud. Hakim penuh sesal, mengapa sampai 21 tahun lamanya ia menolak Islam. Ia pun mengejar ketertinggalannya dengan membeli Darrun Nadwah, tempat para pembesar Quraisy untuk rapat menetapkan kebijakan-kebijakan kotanya (MPR/DPR). Tempat ini jualah yg pernah dijadikan sebagai tempat merancang pembunuhan pada Rasul Saw.

Maka setelah Hakim membeli Darunn Nadwah, ia sumbangkan tempat tersebut pada Baitul Maal. Ia kejar ketertinggalannya melalui harta, karena ia pedagang yang sukes. Telah berlalu usianya setengah abad dalam kondisi jahiliyah, namun ghirahnya mengejar ketertinggalan amal melewati keterbatasan usianya. Semoga Allah Swt meridhoinya, radhiallahuanhu.

– Zaili Fitria

[Catatan Inspirasi Kajian Sirah Community oleh Ustadz Asep Sobari, Lc]



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Sabtu, 03 Desember 2016, Sirah Community Indonesia mengadakan kegiatan daurah ekonomi dengan tema “Strategi Rasulullah SAW Dalam Membangun Ekonomi”.

Acara yang bertempat di Universitas Al Azhar Indonesia ini disambut dengan antusias oleh berbagai kalangan baik pengusaha, dokter, guru, pegawai, mahasiswa sampai masyarakat umum.

Dalam pembukaan acara tersebut, Ustadz Asep Sobari, Lc., pendiri SCI, memulai uraiannya dengan menganalisis tantangan ekonomi yang dialami kaum Muslimin setelah hijrah. Tantangan itu berupa pertambahan jumlah penduduk yang drastis, sektor ekonomi Madinah yang masih dikuasai Yahudi, sampai masalah menipisnya cadangan bahan pangan karena berkurangnya suplai barang dari luar sebagai akibat konflik antara Madinah dan Makkah. Sebagai dampak sulitnya kehidupan ekonomi pada saat itu, porsi makanan untuk satu orang dimakan oleh dua sampai tiga orang.

Lalu apa solusi Rasulullah untuk mengatasi masalah ini? Menurut alumni Universitas Islam Madinah ini, solusi penanganannya sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki kaum Muslim di Madinah. Dari potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki Anshar berupa kebun dan pasar meskipun kurang memadai, tetapi karena adanya manajemen yang hebat dari Rosulullah dalam memanfaatkan SDA tersebut dengan mensinergikan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM), yakni Muhajirin yang ahli dalam berdagang dan Anshar yang ahli dalam bercocok tanam.

Letak geografis Madinah yang sangat potensial sebagai jalur transit perdagangan antara selatan dan utara Jazirah Arab juga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan ekonomi Islam saat itu. Tidak butuh waktu lama. Hanya dalam rentang waktu delapan tahun saja, pasar Madinah berkembang menjadi pasar termaju di Jazirah Arab.

Menariknya, penerjemah buku Hakadza Zhahara Jiil ash-Shalahuddin karya Majid Irsan Kailani ini juga memaparkan strategi Rasulullah memenuhi suplai barang kebutuhan masyarakat Madinah. Beliau SAW melakukan kontrak politik dengan kabilah-kabilah Arab di sekitar Madinah yang meskipun secara aqidah mereka bertentangan, namun dapat memberi dampak positif pada kehidupan ekonomi umat.

Strategi lain yang diterapkan Rasulullah dalam memenuhi suplai kebutuhan pangan ialah melalui pemanfaatan sumber daya alam dengan memperluas lahan produktif. Lahan-lahan yang mati diolah agar menjadi subur. Selain itu, beliau juga membangun pasar baru sebagai role model pasar ideal berdasarkan syariat Islam. Pasar Islam inilah yang di kemudian hari bersaing dengan pasar terbesar di Madinah milik Yahudi Qainuqa’ yang sebelumnya menjadi pusat perdagangan terbesar.

Pengurus MIUMI ini juga mengatakan bahwa kala itu Rasulullah tidak memerintahkan para sahabatnya untuk memboikot pasar Yahudi, terlebih untuk menutup pasar tersebut meskipun beliau memimpin Madinah. Rasulullah mencontohkan persaingan yang sehat dengan menerapkan syariat Islam dalam sistem pengelolaan pasar. Sehingga tidak sampai tahun kedua setelah hijrah, pasar Islam Madinah mampu mengalahkan pasar Yahudi Qainuqa’ yang penuh kezhaliman. Bukan hanya pedagang lokal, pedagang asing juga tertarik bertransaksi di pasar Islam.

Dalam kesempatan itu, peneliti INSISTS ini menjelaskan cara pandang yang benar terhadap harta, kekayaan, dan kerja bagi seorang Muslim. Bahwa tak ada syarat menerima rizki Allah harus sesuai dengan lulusan bidang pendidikan, atau strata sosial tertentu. Dalam pandangan Islam, jika seorang Muslim menganggur maka itu ialah aib dan dosa besar. Banyak ayat al-Quran dan hadits Rasulullah yang memerintahkan seorang Muslim untuk aktif bekerja.

Saat berikhtiar dan bekerja pun seorang Muslim tidak hanya bersama kepada skill belaka. Ia memiliki perasaan tawakkal dan qona’ah. Hal inilah yang membawa ketenangan hati ketika berikhtiar. Ia tak pernah takut rizkinya direbut orang, karena yakin bahwa rizki yang telah ditakdirkan menjadi miliknya tidak akan bertukar. Begitu juga sebaliknya.

Oleh sebab itu, hal yang pertama yang Rasulullah lakukan di Madinah sebelum yang lain ialah memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Karena Rasulullah ingin membangun standar umum masyarakat Muslim, yaitu masyarakat yang produktif, benar-benar bekerja dan kemudian kebutuhan dasarnya terpenuhi. Oleh karena itu tak ada alasan untuk tidak berprestasi dan tidak berkerja.

Di akhir penjelasannya, pengajar Madrasah Sirah Nabawiyah ini juga sempat menyinggung gerakan wakaf merupakan kekuatan terbesar dalam membangun ekonomi di Madinah dibanding dari hasil ghanimah maupun zakat.

Oleh: Zaili Fitria
Editor: Abu Abdail Bari



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Sepanjang sejarah kota tua Fes yang telah melewati 1250 tahun, hanya sedikit raja dan penguasa dari enam dinasti Maroko yang namanya dikenal sebesar dan seharum Fathimah binti Muhammad al-Fihri.

Wanita ‘biasa’ penduduk kawasan pemukiman imigran al-Qayrwan inilah pendiri masjid yang paling terkenal di Fes, yaitu Jami’ al-Qarawiyin. Sejarah pun kemudian mencatat seakan tiada Fes tanpa Jami’ al-Qarawiyin.

Fathimah al-Fihri mulai membangun, atau tepatnya mengembangkan Masjid ini pada bulan Ramadhan tahun 245 H / 856 M dengan menggunakan uang pribadinya. Setelah ditinggal ayah dan suami, Fathimah bertekad menghabiskan kekayaan yang ia warisi dari mereka untuk membuat sebuah karya besar yang mengabadikan kesalehannya.

Fathimah membeli lahan dan kebun di sekitar Masjid. Lalu, untuk menghindari syubhat sekecil apapun, ia meminta semua bahan bangunan diambil dari lahan yang dibelinya. Fathimah pun menguatkan tekadnya untuk terus berpuasa sejak pembangunan dimulai hingga selesai tahun 263 H, atau selama 18 tahun!

Perhatian Fathimah al-Fihri tidak hanya berhenti pada tahap pembangunan. Wanita mulia ini juga mewakafkan kebun dan pertokoan agar hasilnya digunakan untuk menunjang operasional Masjid al-Qarawiyin. Kebutuhan air, karpet, lampu, dan tentu saja pendidikan yang berjalan dipenuhi dari hasil wakaf tersebut.

Tujuan mulia, tekad baja, dan pengorbanan tanpa batas inilah yang nampaknya kelak kemudian menjadi “Sunnah” banyak orang, termasuk para penguasa Fes untuk terus merawat dan mengembangkan Masjid al-Qarawiyin. Ibn Khaldun, Sejarawan besar abad 8H, menyebut karya Fathimah al-Fihri ini menjadi inspirasi para penguasa: “Fa-ka-annama nabbahat ‘aza’im al-muluk ba’daha” (Dia seakan membangkitkan semangat para penguasa di masa berikutnya untuk meniru melahirkan karya-karya besar).

Fathimah al-Fihri wafat tahun 265 H, atau hanya dua tahun setelah karya agungnya selesai.

Dia mungkin tidak pernah menduga bahwa dari ketulusan dan kerendahan hatinya itu akan lahir sebuah universitas tertua dan diakui sebagai yang pertama di dunia.

Dia tidak pernah menduga kalau dari buah tangannya itu muncul pembawa lentera peradaban yang mencerahkan semesta.

Di Jami’ al-Qarawiyin, Ibn al-Banna belajar lalu mengajar sebagai sarjana dan matematikawan kelas dunia.

Di sanalah al-Faqih Abu ‘Imran menyampaikan pelajaran-pelajaran berharga yang menginspirasi kelahiran Dinasti Murabithin (Moravid) yang berjasa menyelamatkan Andalus dari keruntuhan dini pada abad 5H.

Di sana pula Ibn Khaldun (sejarawan), Ibn Bajjah (filosof), Ibn al-Arabi (Qadhi Sevilla), Ibn al-Khathib (sastrawan Granada), asy-Syarif al-Idrisi (pembuat peta/globe dunia), Ibn Zuhr (dokter kenamaan), Abu Madyan (sufi kolega pergerakan Abdul Qadir al-Jilani), dan….dan…mengajar, membina, meneliti, menulis, dan menorehkan karya besar mereka.

Fathimah al-Fihri bahkan tidak pernah menduga kalau di salah satu sudut masjidnya itu Ibn Ajurum menulis karya fenomenalnya, yaitu al-Jurumiyah yang mendunia dan dipelajari hingga sekarang oleh anak-anak negeriku di Nusantara.

Fathimah al-Fihri, Jami’ al-Qarawiyin, seperti kata Ibn Khaldun, adalah inspirasi bagi orang-orang besar dan berjiwa besar.

Siapa yang ingin mengabadikan ‘nama’ & amalnya, maka lihatlah mereka!

Wa bi mitsli ha’ula fal-ya’mal al-‘amilun!

Fes, 30 Desember 2017
Asep Sobari



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu…… Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). (Al-Ahzab: 33-34)

Ayat ini ditegaskan untuk istri-istri Nabi Saw agar memprioritaskan rumah (keluar kecuali darurat). Namun menariknya di ayat 34-nya, Allah menyuruh mereka (udzkurna) mengingat/menyampaikan ayat-ayat Allah dan hikmah yang turun di rumahnya. Tentu untuk memahami ayat ini harus menyelaraskannya dengan praktik para shahabiyah. Karena sesuai garansi Rasulullah Saw, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian generasi setelahku, dst.”

Pemaparan ayat ini menjadi pembukaDaurah Shahabiyah Sirah Community Indonesia (SCI), Ahad, 26 November 2017 lalu oleh Ustadz Asep Sobari, Lc. “Rumah menjadi basis akhlak, adab dan dalam waktu yang bersamaan menjadi basis pendidikan, bukan hanya untuk keluarga tapi juga bagi semua orang. Saat peralihan dari jahiliyah ke Islam, yang mengajarkan wanita tidaklah banyak, sehingga Rasulullah Saw sangat mendorong mereka (para shahabiyah) agar mencintai ilmu, dan kelak hasilnya luar biasa”, ujar pendiri SCI ini. Pengajar Madrasah Sirah Nabawiyah ini juga menjelaskan metode penyampaian materi dalam daurah ini bukan hanya penjabaran kisah, namun pendalaman analisa sehingga peserta mudah mengambil hikmah dari kisah.

Meski ada empat bidang yang diangkat, yakni peran shahabiyah dalam keluarga, pendidikan, ekonomi dan politik, namun cara penyampaian alumnus Universitas Islam Madinah ini tidak terkotak-kotak, karena bidang satu dan lainnya saling berkaitan. Selama materi berlangsung ayat pembuka tadi menjadi acuan praktik para shahabiyah agar peserta yang hadir memahami bahwa di rumah artinya bukan tidak berprestasiAisyah lebih banyak di rumah tapi dari rumahnya ia berhasilmengkader ulama-ulama besar, baik dari generasi sahabat maupun tabi’in bahkan ada juga ulama wanita.

Istri Rasul lainnya yang juga berprestasi dari rumah ialah Ummu Salamah yangmembesarkan Hasan Al Bashri. Ibunya ialah pelayan Ummu Salamah sehingga sejak kecil Hasan Al Bashri yang lahir di rumahnya sering dibawa Ummu Salamah beraktivitas termasuk ke tempat Ummahatul Mukminin. Maka tak heran kelak Hasan Al Bashri menjadi ulama tabi’in terbaik.

Meskipun mereka lebih banyak di rumah, namun baik seluruh Ummahatul Mukminin maupun Shahabiyah dari Anshar dan Muhajirin, ikut serta berperan membangun peradaban Islam. Seperti, Ummu Waraqah Al Ansyariah yang diberi Rasulullah Saw lisensi untuk mengajar Al-Qur’an dan mengimami keluarganya, karena kemungkinan di rumahnya tidak ada laki-laki dewasa dan yang pandai membaca Al Qur’an. Shahabiyah lainnya, Asyifa dari Muhajirin juga mendapat lisensi dari Rasulullah Saw mengajarkan ilmu pengobatan. Namun, yang menariknya adalah ternyata pada praktiknya Ummahatul Mukminin dalam kondisi tertentu tetap keluar rumah. Di masa Umar bin Khaththab, Ummu Salamah ikut serta dalam mengembangkan proses pendidikan di Kuttab.

Zainab binti Jahsy bertransaksi di pasar. Ia-lah istri Nabi Saw yang panjang tangannya (paling dermawan). Cara sedekahnya berbeda dengan istri Nabi yang lain, karena uang yang ia sedekahkan hasil keringatnya sendiri. Dari keahliannya mengolah kulit menjadi produk, lalu ia jual sendiri di pasar dan hasilnya ia sedekahkan pada fakir miskin. Motivasinya melakukan itu bukan sekadar mencari uang tapi agar bisa sedekah lebih banyak.

Istri-istri Nabi sering tidak punya uang, bukan karena tidak ada. Umar bin Khaththab saat menjadi khalifah, memberi tunjangan pada istri-istri Nabi sekitar 1200 dinar (2.5 M) per orang tiap tahun. Lalu mereka sedekahkan semuanya hingga habis sebagai bentuk ibadah pada Allah, di sisi lain memberi manfaat pada masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhannya mereka.

Sebaik-baiknya harta ialah ketika berada di tangan orang sholeh. Kaya dan miskin adalah pilihan, dan praktiknya para sahabat yang kaya itu banyak. Menariknya, dalam konsep Islam, sahabat yang memilih hidup miskin tetap bisa memakmurkan bumi, beda dengan budaya kita sekarang. Kok bisa? Rasulullah Saw dan Khulafaur Rasyidin selama menjadi pemimpin negara memilih hidup miskin, bukan terpaksa miskin. Namun, apakah mereka memiskinkan rakyatnya? Tidak, mereka miskin untuk dirinya, tapi tetap menyejahterakan rakyatnya. Dalam riwayat Imam Ahmad, hasil wakaf Ali bin Abi Thalib mencapai 4000 Dinar (8M). Namun dalam waktu bersamaan, Ali sedang mengganjal perutnya dengan batu. Mengapa mereka seperti itu? Karena mereka paham salah satu tujuan diciptakan manusia ialah berperan aktif memakmurkan bumi dengan fasilitas ekonomi.

Istri Rasulullah Saw lainnya yang juga harus keluar dari rumahnya dalam kondisi tertentu ialah Aisyah. Sejak masa Abu Bakar, Aisyah telah menjadi konsultan para Khulafaur Rasyidin. Sehingga wajar Aisyah ikut berperan dalam menyelesaikan kasus pembunuhan Utsman di masa pemerintahan Ali yang membuatnya harus keluar dari kota Madinah.

Wanita memang tidak diwajibkan berjihad. Akan tetapi hal itu tak membuat mereka jadi acuh. Meski setelah turun keterangan bahwa wanita tidak wajib berjihad, para shahabiyah tidak diam, mereka protes pada Rasulullah Saw yang diwakilkanAsma binti Yazid agar tetap bisa berjihad. Dan jawaban Rasulullah Saw menyatakan bahwa jika seorang istri dan ibu menjalankan perannya di rumah dengan optimal maka pahalanya seperti pahala berjihad di jalan Allah.

Menariknya, meski sudah mendapatkan keringanan itu, para Shahabiyah tetap terlibat dalam medan jihad. Banyak wanita yang turun di medan jihad dari masa Rasulullah Saw sampai Khulafaur Rasyidin. Mengurusi logistik, pengobatan, bahkan ketika keadaan mendesak sampai ikut bertempur. Asma binti Yazid bahkan ikut berperang di Qadisiyah karena perang sangat dahsyat, sampai ikut melawan musuh dan membunuh sembilan tentara Romawi di Qadisiyah.

Setelah memaparkan bagaimana praktik para Shahabiyah dalam mengaplikasikan surat Al Ahzab ayat 33-34, pengurus MIUMI ini menyatakan bahwa tidak tepat jika wanita mutlak harus di dalam rumah dan tidak boleh berada di ruang publik. Dalam kehidupan ini ada bidang-bidang yang tidak mungkin kosong dari peran wanita. Seperti saat masuk ke tempat umum, ada toilet wanita dan laki-laki, nah yang membersihkan toilet wanita siapa? Begitu juga dengan pasar, perempuan punya hajat untuk membeli kebutuhan pribadi mereka. Termasuk bidang kesehatan, apakah tidak perlu dokter kandungan perempuan? Sehingga dalam hal ini, kehadiran wanita di ruang publik pada batasan tertentu tetap dibutuhkan dan wanita tidak sepenuhnya mutlak harus di rumah.

Daurah Shahabiyah ini menjadi pembuka rangkaian Daurah SCI berikutnya, yakniDaurah Pendidikan, dan Daurah Ekonomiyang tentu pembahasannya berlatar Sirah Nabawiyah dan Sejarah Islam.

Zaili Fitria
Pegiat Sirah Community Indonesia

 



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Wilayah kekuasaan Islam di masa Umar bin Khattab sangatlah luas. Wilayah yang dulunya dikuasai Persia yakni Kuffah, Bashrah, dll begitu jua Romawi, yakni Syam, bahkan Mesir pun berada di bawah payung Islam.

 

Otomatis permasalahan negara semakin rumit. Namun saat itu, selain khalifahnya mujtahid, para sahabat yang diamanahkan menjadi pejabat, levelnya pun mujtahid. Hal itulah yang memudahkan penyelesaian masalah sehingga tidak sampai terkatung-katung.

 

Dan langkah utama Umar bin Khattab agar Islam cepat diterima ialah dengan melakukan pemerataan dan percepatan dalam pendidikan di wilayah yang ditaklukannya.

 

Umar bin Khattab mengutus para sahabat ke daerah bukan semata menjadi pejabat, tapi sebelum itu mereka menjadi guru bagi rakyatnya.

 

Para sahabat tersebut membangun halaqah di tempatnya diutus. Dan yang diutus oleh Umar bukanlah orang biasa, mereka guru besar yang terbaik dalam keilmuwan, kematangan, kedewasaan, kecerdasan dan keteladannya.

 

Muadz bin Jabal, Abu Darda diutus ke Syam. Abu Musa al Asy’ari diutus ke Bashrah. Abdullah bin Amr bin Ash diutus ke Mesir. Sedang di Kufah diutus sekitar 300 sahabat senior yang ikut Hudaibiyyah ditambah 70 kategori sahabat Ahlu Badar. Bahkan Umar mengirim penasihat pribadinya, Abdullah bin Mas’ud untuk mengajar di sana.

 

Umar tak sekadar mengutus, namun juga memberikan pengarahan-pengarahan pada mereka. Pendidikan yang dibentuk di masa Umar dimensinya sangat luas. Tak sekadar memberi input materi untuk memenuhi aspek kognitif peserta didik, dari yang tidak tahu menjadi tahu. Konsep pendidikan dalam Islam sangat jelas dan Umar bin Khattab sangat memahaminya.

 

Beranjak dari pemahaman bahwa inti ilmu itu ialah manfaatnya. Berdasarkan do’a Rasululullah Saw, Allahumma inni a’udzubika min ‘ilmin laa yanfa’, setelah ilmu mengeluarkan seseorang dari kejahilan, maka buah ilmu apa? Wa min qalbin laa yakhsya’, ini salah satu buah ilmu, ilmu harus membangun/mengokohkan adab dan ini digambarkan dengan hati yang tunduk. Kita berlindung pada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat. Jika ilmu tidak bermanfaat, maka hati tak akan lembut, tak melahirkan tawadhu’, otomatis jadi sombong. Wa min nafsin laa tasyba’, dan dari diri jiwa yang tidak pernah puas. Jika ilmu tidak bermanfaat, hati tidak lembut/tidak tawadhu, jiwa selalu liar, doa tidak akan mustajab. Wa min da’watin laa yustajaabulaha. Ini rangkaian dalam masalah ilmu. Do’a bisa diijabah dan tidak diijabah terkait ilmu kita. Bermula dari ilmu berdampak pada keberkahan hidup kita.

 

Dengan landasan itulah, Sang Khalifah memberi pesan pada rakyatnya terkait ilmu; “seseorang ketika keluar dari rumahnya membawa beban dosa seberat gunung Tihamah (kawasan yang membentang dari Hijaz sampai Syam). Namun, saat dia menghadiri majelis ilmu dan terbangun rasa ketakutannya pada Allah, maka ketika dia kembali ke rumahnya dengan bertaubat seketika dosanya menjadi berguguran. Maka janganlah pernah meninggalkan majelis ilmu. Seseorang itu tidak layak dikatakan berilmu sampai dia bisa membersihkan rasa hasad kepada orang yang lebih tinggi dari dirinya. Sebaliknya dia juga tidak merendahkan dan menghina yang lebih rendah ilmunya. Dan tidak mengambil upah dari pekerjaannya mengajar.”

 

Pesan yang sangat mendalam dari seorang penguasa wilayah bekas jajahan Romawi dan Persia ini pada rakyatnya ialah agar tetap semangat mendatangi majelis ilmu. Karena majelis ilmu pasti melahirkan orang yang beradab dan berakhlak. Dengan ilmu ia bisa mensterilkan hatinya untuk bersih dari hasad. Seseorang tidak dianggap sukses menjadi ‘alim kecuali dia bisa mensterilkan jiwanya dari hasad terhadap yang lebih tinggi darinya. Karena dampak penyakit hasad ialah dirinya tidak berkembang dan ingin orang lain tidak lebih baik dari dia. Mana mungkin orang seperti ini disebut memiliki ilmu. Kesibukannya hanya pada hal yang tidak penting. Maka fokuskan untuk berkembang dan berinovasi, agar ilmu semakin bertambah.

 

Buah dari ilmu juga tidak menjadikannya merendahkan dan menghinakan orang yang belum tahu. Serta tidak mengambil upah dari mengajarnya. Maksudnya tidak boleh menetapkan upah, namun jika ia mendapatkan imbalan dari pengorbanan waktu dan tenaga yang digunakannya untuk orang banyak artinya ia berhak mendapatkan imbalan tersebut. Umar bin Khattab sendiripun menggaji para guru.

 

Pesan lainnya Sang Khalifah ialah belajarlah dan ajarilah ilmu pada manusia dan belajarlah ketenangan jiwa, karena orang yang berilmu tampak teduh dari luar (tawadhu). [Orang yg punya ilmu punya modal sombong. Maka hilangkan aura sombong dari wajah dan hatimu, kau harus tenang dengan ilmu]. Dan tawadhulah kamu pada gurumu agar kau beradab padanya. Dan tawadhulah pada muridmu yang kau ajari. Dan jangan jadi ulama sombong, [tidak menunjukan aura ilmu teduh, diwajahnya ada keangkuhan] yang menghancurkan Islam ialah tergelincirnya ulama dan perdebatan orang munafiq dengan menggunakan Al Qur’an serta para penguasa yang membuat kebijakan menggunakan kebodohan.

 

Umar bin Khattab juga memberikan nasihat “kuasailah, pelajarilah, pahamilah agama sebelum engkau dielu-elukan sebagai tokoh.”

 

Orang yang populer pasti sering diminta pendapatnya. Apapun itu, meski dia tak ahli di bidang itu, tapi seolah-olah popularitasnya sudah membuat ia dianggap ahli, pakar dll. Dan ekspetasi orang berharap orang populer itu ketika ditanya bisa menjawab. Dan akhirnya mendorong sikap dalam istilah “tergelincirnya ulama” hingga sampai tahap membebani dirinya di luar kemampuannya. Jika tak menjawab tak enak. Akhirnya terpeleset di publik. Ini tak sederhana.

 

Jangan jadikan popularitas sebagai tujuan. Penyakit terkenal ialah sedikit memiliki waktu memahami ilmu dan membuat tergelincir. Karena jika sudah terkenal ialah ada rasa tinggi hati, gengsi duduk di majelis ilmu karena masih duduk bersama yang lain yang biasa-biasa saja. Sehingga pematerinya pun jadi sungkan untuk berbicara dihadapannya yang dianggap sudah berilmu hingga diminta menggantikan posisi pemateri, padahal dia yang ingin mendengar dari pemateri juga masih belum tahu.

 

Karena ketika kau sudah ditokohkan membuatmu merasa tak layak “turut” duduk di majelis. Sehingga membuatmu jahil karena tidak ada kesempatan belajar lagi.

 

Dari pandangan dan kebijakan khalifah tentang ilmu inilah di kemudian hari lahir para cendikiawan, ulama besar lainnya selain dari Makkah dan Madinah. Di Kufah lahir Abu Hanifah, di Basrah lahir Hasan Al Bashri. Di Syam lahir Al Auza’i, al Masruq dll. Dan bahkan Baghdad yang dulunya wilayah kekuasaan Persia dengan kepercayaan majusi, menjadi contoh terbaik bagi dunia dan umat Islam sebagai kota pendidikan, dengan perpustakaan terbaik dan terbesar di masa keemasan Islam.

 

Zaili Fitria

(Catatan inspirasi Madrasah Khulafaur Rasyidin oleh Ustadz Asep Sobari)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Inilah Keutamaan Majelis Dzikir yang Harus Diketahui

Oleh Abu Syafiq-Feb 16,

Di antara amalan yang mudah untuk dilakukan adalah berdzikir kepada AllahTa’ala. Banyak ayat dan hadits yang menerangkan hal itu, baik dzikir secara sendirian maupun berkelompok. Mari kita simak dalil-dalilnya berikut ini.AllahTa’alaberfirman,وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ“Dan bersabarlah engkau (Muhammad) bersama orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan senja hari dengan mengharap keridaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka”(QS. Al-Kahfi: 28)NabiShallallahu Alaihi wa Sallambersabda,لاَ يَقْعُدُ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِيْنَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ“Tidaklah suatu kaum duduk berdzikir kepada Allah Ta’ala kecuali para Malaikat mengelilingi mereka, rahmat meliputi mereka, ketenangan turun kepada mereka, Allah menyebut mereka dihadapan siapa yang berada disisi-Nya.”(HR. Muslim)Diriwayatkan dari Abu Waqid Al-Haritsbin `AufRadhiyallahu Anhu, dia berkata,“NabiShallallahu Alaihi wa Sallamduduk dalam masjid, dan para shahabat duduk bersamanya. Pada saat itu terdapat tiga orang, dua orangdi antaranya menghadap RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallamdan satu orang pergi dari sana.”Abu Waqid berkata, “Kedua orang ini berdiri menghadap RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam, salah satu dari mereka berdua melihat ada tempat duduk kosong dalamhalaqah(tempat duduk) kemudian duduk di sana, dan yang satu lagi duduk di belakang orang-orang tersebut, dan orang yang ketiga tadi pergi.Ketika RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallamselesai beliau bersabda,أَلاَ أُخْبِرُكُمْ عَنْ النَّفَرِ الثَّلاثَةِ؟ أَمَّا أَحَدُهُمْفَأَوَى إِلَى اللهِ فَآوَاهُ اللهُ، وَأَمَّا اْلآخَرُ فَاسْتَحْيَا فَاسْتَحْيَا اللهُ مِنْهُ، وَأَمَّا اْلآخَرُ فَأَعْرَضَ فَأَعْرَضَ اللهُ عَنْهُ“Maukah kalian aku beritakan siapa tiga orang tadi? Adapun yang satu orang itu dia datang kepada Allah maka Allah melindunginya, dan yang lain merasa malu kepada Allah maka Allah malu padanya, ada pun yang berpaling maka Allah juga berpaling darinya”(Muttafaq Alaih)Ibnul QayyimRahimahullahdalam bukunyaAl-Wabil Ash-Shayyibmengatakan,“Sesungguhnya majelis-majelis zikir adalah majelisnya para malaikat, adapun majelis yang berbicara masalah dunia di dalamnya bukanlah majelis mereka kecuali disebutkan nama AllahTa’aladi dalamnya. Sebuah hadits diriwayatkan oleh Abu Sa`id Al-Khudri, ia berkata,“Mu’awiyah keluar menemui sebuahhalaqah(perkumpulan) dalam masjid dan berkata, “Apa yang membuat kalian duduk di sini?”Orang-orang menjawab, “Kami duduk di sini untuk berdzikir kepada AllahTa’ala.”Mua’wiyah berkata, “Demi Allah? Apakah kalian duduk di sini hanya untuk itu?”Mereka menjawab, “ Demi Allah, kami duduk di sini hanya untuk itu.”[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Sumber: http://bersamadakwah.net/inilah-keutamaan-majelis-dzikir-yang-harus-diketahui/



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Pertanyaan yang menggelayuti pikiran banyak orang. Terlebih mereka yang berkesempatan menjejakkan kaki di kota-kota saksi kebesaran Islam: Algeciras, Malaga, Cordoba, Granada, Sevilla, Valencia dst. Selama 800 tahun peradaban Islam gemilang di sana. Tapi sekarang musnah nyaris tak berbekas. Apa faktor yang menyebabkan Andalus runtuh?

Bagaimana sebuah peradaban kokoh yang melahirkan fenomena Mozarabes (al-musta’rabun) bisa sirna?

Mozarabes, mengutip kekesalan Alvaro de Cordoba, adalah mental kalah kaum Nasrani di masa kejayaan Islam di Andalus. Orang-orang Nasrani kala itu sangat menggandrungi semua yang berbau Arab atau tepatnya Islam. Mereka lebih menyukai bahasa, nama, hingga pakaian Arab. Mereka begitu bersemangat mempelajari literatur Islam bukan untuk mengkritik, tapi karena suka dan terpesona. Mereka bahkan ‘nyinyir’ dengan khazanah dan budaya Nasrani karena dianggap rendah dan terbelakang.

Demikianlah seperti yang dipaparkan Angel Gonzalez Palencia, Professor Bahasa Arab di Universitas Madrid dalam karyanya, Historia de la Literatura Arabigo-Espanola (versi terjemah: Tarikh al-Fikr al-Andalusi oleh Dr Husein Mu’nis).

Peradaban adalah fenomena multi dimensi yang tidak dapat ditentukan dari satu sudut tertentu. Jatuh bangun peradaban berjalan perlahan dalam kerangka sunnatullah yang berlaku pada wilayah al-afaq dan al-anfus.

Keruntuhan Andalus tidak bisa diputus, misalnya, dari pertikaian dua bersaudara Abu al-Hasan dan al-Zughl, ayah dan paman Abu Abdillah Muhammad ash-Shaghir yang menyerahkan Granada kepada penguasa Aragon dan Castilla. Bahkan tidak pula dimulai dari sekitar 250 tahun sebelumnya. Saat Granada menjadi satu-satunya kekuatan Islam yang tersisa di Iberia.

Jika menggunakan qanun jatuh bangunnya peradaban yang disampaikan Malek Bennabi. Benih keruntuhan Andalus bisa ditarik lebih jauh, hampir 500 tahun sebelum Granada jatuh.

Dimulai dari kemunculan keluarga al-Manshur bin Abu ‘Amir di atas pentas politik Andalus setelah Khalifah al-Hakam al-Mustanshir mangkat. Secara perlahan namun pasti terjadi pergeseran orientasi dari yang disebut Bennabi ‘ad-dauran di falak al-afkar’ menjadi ‘ad-dauran di falak al-asykhash’. Ilmu dan pemikiran yang sebelumnya menjadi pusat rotasi kehidupan masyarakat bergeser kepada kepentingan pribadi tokoh-tokoh kuat.

Terlepas dari segala kelebihan pribadinya, Ibnu Abi Amir bertanggung jawab atas pergeseran tersebut. Dia memimpin dengan tangan besi, menyingkirkan semua yang berpotensi menyaingi, membangun kota az-Zahirah untuk menandingi keindahan az-Zahra, dst.

Alhasil, kurang dari 100 tahun kemudian az-Zahra dengan segala kebesarannya hancur. Kota nan indah itu dibakar dan porak poranda hingga tinggal reruntuhan puing-puing. Bukan karena serangan lawan, tapi karena syahwat kekuasaan dan fitnah antara sesama kawan.

Cordoba menjadi kacau, rusuh, hingga tidak lagi memiliki pemimpin potensial yang sanggup menjadi juru selamat. Rintihan pilu narasi dan bait-bait puisi Ibn Hazm dan Abu al-Baqa menjadi saksi. Akhirnya, seorang tokoh berdiri di Masjid Jami’ Cordoba, bukan untuk menyampaikan orasi yang membangkitkan harapan, tapi mengumumkan berakhirnya khilafah Islam di Andalus hingga, barangkali, akhir jaman.

Periode berikutnya semakin parah. Faktor lain keruntuhan Andalus semakin nyata, fenomena Thawa’if. Andalus yang sebelumnya bersatu di bawah satu payung Khilafah, kini pecah menjadi 21 daulah liliput tapi masing-masing merasa sebagai raksasa. Mereka tidak hanya saling sikut, saling serang, tapi lebih pedih dari itu, setiap kelompok tidak sungkan mengundang pasukan Katolik di Utara untuk menghabisi saudara.

Thawa’if adalah fitnah tragis yang mesti jadi pelajaran sepanjang masa. Thawa’if adalah kabar duka sebuah peradaban yang nyaris mencapai akhir ajalnya. Kalau bukan karena karunia Allah melalui ulama-ulama kala itu, barangkali Andalus sudah musnah lebih awal.

Para ulama atau tepatnya jaringan para ulama menjawab tantangan dahsyat tersebut. Di tengah perpecahan politik yang amat akut, para ulama Cordoba, Sevilla, Granada dll mengirim delegasi menyebrangi selat Gibraltar untuk menemui Yusuf bin Tasyafin, Sultan al-Murabithun di Marrakech yang kala itu menguasai sepertiga benua Afrika.

Para ulama yang berwibawa dan masih dipercaya umat tersebut meminta Ibn Tasyafin untuk menyelamatkan saudara-saudaranya di Andalus. Bukan hanya dari invasi kerajaan Katolik di Utara, terutama setelah Alfonso VIII menguasai Toledo tahun 1085, melainkan juga dari kekuasaan Thawa’if.

Yusuf bin Tasyafin menyebrang tiga kali ke Andalus. Al-Murabithun berkuasa penuh di sana setelah mengakhiri kekuasaan Thawa’if, termasuk al-Mu’tamid bin ‘Abbad, penguasa Sevilla. Meski sulit baginya untuk merebut kembali wilayah-wilayah Islam yang telah jatuh kepada penguasa Aragon dan Castilla.

Al-Murabithun mengembalikan nafas Islam ke dalam kehidupan masyarakat Andalus. Risalah Islam kembali dijunjung dan menjadi ruh pada semua lini. Kondisi inilah yang sebenarnya berperan menahan kejatuhan dini Andalus hingga 150 tahun kemudian, tepatnya setelah kekalahan telak al-Muwahhidun, penerus al-Murabithun, dalam perang al-‘Iqab di Las Navas de Tolosa pada bulan Juni tahun 1212.

Setelah al-Muwahhidun, tidak ada lagi kekuatan representatif umat yang sanggup mengemban risalahnya. Penyakit Thawa’if-isme kembali menjalar sehingga mereka menjadi sasaran yang jauh lebih empuk bagi musuh. Kelahiran Granada pun sebenarnya tidak lepas dari kisah sedih ini. Granada membayar upeti dan turut memberi andil atas kejatuhan Sevilla kepada Castilla pada tahun 1247.

Granada adalah fenomena nafas terakhir perjuangan umat untuk bertahan hidup di Andalus. Tidak ada keseimbangan yang berarti untuk mengokohkan diri apalagi membangun risalahnya. Kala itu umat masih menggantungkan asa selama hubungan baik terjalin antara Granada dengan Bani Marin di Maroko. Tapi setelah kongsi politik itupun putus, pupus sudah harapan semua.

Musuh yang selalu mengintai menuntaskan penderitaan umat dengan memutus semua jalur fisik yang menghubungkan Andalus dengan Maroko. Algeciras, pelabuhan terdekat dengan pantai Maroko mereka rebut. Malaga kemudian menyusul, sehingga tinggallah Granada berdiri sendirian ibarat anak yatim yang ditinggalkan semua orang. Sebuah kondisi memilukan yang 300 tahun sebelumnya telah disebut-sebut oleh Ya’qub al-Manshur, Sultan al-Muwahhidun, dalam wasiat terakhir menjelang ajal menjemputnya, “Aku berpesan kepada kalian agar menjaga baik-baik anak yatimku, yaitu Andalus.”

Wallahu a’lam

Catatan akhir Rihlah Maroko-Spanyol
Dari ketinggian semesta, 9 Januari 2018

Alfaqir Asep Sobari

Sumber: https://www.sirahcommunity.com/mengapa-andalus-runtuh/



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

Random Ayat

Asmaul Husna

Asmaul Husna

Tanggal Hijriah

Jadwal Shalat

Ramadhan 1439 H

VIVA.co.id

Berita – Eramuslim

Home

Cari Blog Ini

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
Seorang anak lelaki yang masih dan terus belajar untuk menjadi ayah yang amanah, suami yang mengayomi dan guru yang memberi, serta al-faqir ilalloh yang berharap bisa memberi manfaat untuk tegaknya agama dan bersatunya ummat